BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi
teknologi dengan meningkatkan kontrol kita pada materi, ruang, dan waktu,
menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir dan sistem rujukan. Dalam
kaitan ini kelompok yang optiis, pesimis dan pertentangan keduanya.
Bagi
kelompok yang optimis kehadiran revousi teknologi justru menguntungkan,
sementara bagi kelompok yang pesimis memandang kemajuan dibidang teknologi akan
memberikan dampak yang negatif karena hanya memberikan kesempatan dan peluang
kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki
kekuasaan ekonomi, kesempatan, kecerdasan.
Disinilah
pentingnya akhlak tasawuf guna membendung ekses negatif dan perkembangan zaman
dan modrenisasi tersebut. Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmu
pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat
modern seperti terjadinya desintegrasi ilmu pengetahuan, kepribadian yang
terpecah, penyalah gunaan iptek, pendangkalan iman, pola hubungan
materialistik, menghalalkan segala cara, stress, frustasi dan kehilangan harga
diri dan masa depan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian masyarakat modern?
2.
Apa problematika yang terjadi pada
masyarakat modern?
3.
Bagaimana perlunya Akhlak tasawuf
dalam masyarakat modern?
C. Tujuan Makalah
1.
Mengetahui pengertian masyarakat
modern.
2.
Mengetahui problematika yang terjadi
pada masyarakat modern.
3.
Mengetahui pentingnya akhlak tasawuf
dalam masyarakat modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat
modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan masyarakat sebagai
pergaulan hidup manusia (hipunan orang yang hidup bersama di suatu tempat
dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan modern diartikan
yang terbaru, secara baru, mutakhir.
Dengan
demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang
hidup bersama di suatutempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat
mutakhir. [1])
Masyarakat
modern selanjutnya sering disebutkan sebagai lawan dari masyarakat tradisional.
Delia Noer misalnya menyebutkan ciri-ciri modern sebagai berikut:
1.
Bersifat rasional, yakni lebih
mengutamakan pendapat akal pikiran, daripada pendapat emosi.
2.
Berfikir untuk masa depan yang lebih
jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
3.
Menghargai waktu, yaitu selalu
melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga.
4.
Bersikap terbuka, yakni mau menerima
saran dan masukan.
5.
Berfikir obyektif, yakni melihat
segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaanya bagi masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat modern adalah masyarakat yang
sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke
kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari
kekuasaan adat-istiadat lama.[2])
B. Problematika Masyarakat Modern
Kemajuan dibidang teknologi pada zaman
modern ini telah membawa manusia ke dalam dua sisi, yaitu bisa memberi nilai
tambah (positif), tapi pada sisi laian dapat mengurangi (negatif). Efek
positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui penyediaan
informasi yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan untuk
mengembangkan kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sedangkan
efek negatifnya kemajuan teknologi akan berbahaya jika berada di tangan orang
yang secara mental dan keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan
teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan mengkhawatirkan.[3])
Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang
ilmuwan kenamaan dari Iran, berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan
teknologi dan pengetahuaannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap
pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang
sedang dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya
bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual. Jika hal tersebut tidak
diimbangi akibatnya jiwa pun menjadi kering, dan hampa. Semua itu adalah
pengaruh dari sekularisme barat, yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam
yang kasat mata.
Revolusi Teknologi dengan meningkatkan kontrol terhadap
materi, ruang dan waktu menimbulkan revolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir
dan sistem rujukan. Dalam kaitannya terdapat tiga keadaan dalam menyikapi
revolusi teknologi, yaitu kelompok orang yang optimis, pesimis, dan pertengahan
antara keduanya.
Bagi kelompok yang optimis kehadiran
revolusi teknologi justru menguntungkan, seperti yang diperlihatkan Ziauddin
Sardar. Menurutnya, revolusi informasi,akan menyebabkan timbulnya desentralisasi,
dan karena itu akan melahirkan suatu masyarakat yang lebih demokratis yang
telah meningkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang
menyeluruh sesuai dengan keragaman selera dan kemampuan ekonomi untuk
menciptakan kemakmuran seluruh lapisan masyarakat.
Sementara bagi kelompok
yang pesimis memandang kemajuan teknologi akan memberikan dampak yang negatif. Sebagai
contoh, lapangan kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, telah
mulai ditangani oleh teknologi yang hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah
pengangguran.Teknologi juga akan berbahaya jika berada ditanagan orang yang
secara mental dan keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan
teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan mengkhawatirkan. Selanjutnya
kemajuan dibidang teknologi rekayasa genetika, melalui apa yang disebut dengan
bayi tabung, dapat mendorong manusia memproduksi manusia untuk dijualbelikan
sebagaimana menjual buah-buahan, atau binatang.
Bagi kelompok yang
mengambil sikap antara optimis dan pesimis terhadap kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) mengatakan, bahwa iptek itu positif atau membahayakan
pada pengangguran, inflasi dan pertumbuhan, tergantung pada cara orang
mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan kerja sama dan
perdamain.[4])
Dalam berbagai kemajuan teknologi masyarakat modern
juga mengalami berbagai problematika antaralain :
1.
Semua kemajuan teknologi menuntut
pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi memberi nilai tambah, tapi pada
sisi lain dapat mengurangi
2.
Nilai-nilai manusia yang
tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi.
3.
Semua kemajuan teknologi lebih
banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkannya.
4.
Efek negatif teknologi tidak dapat
dipisahkan dari efek positifnya. Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif
dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan
5.
Semua penemuan teknologi mempunyai
efek yang tidak terduga.
Penggunaan iptek modern yang demikian itu masih lebih
banyak dikendalikan oleh orang-orang yang secara moral kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Sikap hidup yang mengutamakan materi (materialistic), memperturutkan
kesenangan dan kelezatan syahwat (hedonistic),
ingin menguasai semua aspek kehidupan (totaliteristic),
hanya percaya pada rumus-rumus pengetahuan empiris saja, serta paham hidup
positivistis yang bertumpu pada kemampuan akal pikiran manusia yang lebih
menguasai manusia yang memegang ilmu dan teknologi. Ditangan mereka yang
berjiwa dan bermental demikian itu, ilmu pengetahuan dan teknologi modern
memang sangat mengkhawatirkan. Mereka akan menjadi penyebab kerusakan di
daratan dan di lautan sebagaimana yang diisyaratkan Al-Qur’an (QS. Al-Rum, 30 : 41).
“Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”.(QS. Al-Rum, 30 : 41) [5])
Sedangkan ditinjau dari sikap mental kehadiran ilmu
pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern
antara lain sebagai berikut:
1.
Deseintegrasi
Ilmu Pengetahuan
Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri
tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan yang menguasai semuanya, sehingga
kian jauhnya manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam.
Kehidupan modern antara lain ditandai dengan adanya
spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki
paradigma (cara pandangnya) sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.
Kepribadian
yang terpecah (split personality)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan
oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan
terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah, akibatnya kini
tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari
ajaran agama. karena dibiarkannya perluasan ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya
mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional, dan terbatas).
3.
Penyalagunaan
Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan
teknologi dari ikatan spritual, maka iptek telah disalah gunakan dengan segala
implikasi negatifnya, sebagaimana disebutkan di atas. Kemampuan membuat senjata
telah diarahkan untuk tujuan penjajahan satu bangsa atau bangsa subversi dan
lain sebagainya.
4.
Pendangkalan
Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan
tersebut di atas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang
bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya, ia tidak tersentuh oleh
informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang di bawa oleh wahyu
itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan kampungan.
5.
Pola
hubungan materalistik
Pola hubungan satu dengan hubungan yang lainnya dapat
memberikan keuntungan yang bersifat material. Demikian pula penghormatan yang
diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang
tersebut dapat memberikan manfaat secara material. Akibatnya ia menempatkan
pertimbangan material di atas pertimbngan akal sehat, hati nurani, kemanusian
dan imannya. [6])
6. Menghalalkan Segala Cara
Sebagai
akibat lebih jauh dari dangkalanya iman dan pola hidup materialistik
sebagaimana disebutkan di atas, maka manusia dengan mudah dapat menggunakan
prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
7. Stres dan Frustasi
Kehidupan
modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh
pikiran, tenaga dan kemampuannya. Manusia mengerahkan
seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus bekerja tanpa mengenal
batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang tidak bisa dipecahkan mereka
stres dan frustasi.
8. Kehilangan Harga diri dan Masa depannya
Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa nafsu dan
menghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya mereka tua segala
tenaga, fisik, fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak dapat mereka lakukan,
mereka merasa kehilangan harga diri dan masa depannya.[7])
C.
Perlunya Akhlak Tasawuf dalam Masyarakat
Banyak cara
yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu cara
yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan
yang berakhlak dan bertasawuf. Salah satu tokoh yang begitu sungguh-sungguh
memperjuangkan akhlak tasawuf mengatasi
masalah tersebut adalah Hussein Nashr. Dalam hal ini Nashr menegaskan “tarikat”
atau “jalan rohani” yang biasanya dikenal sebagai tasawuf atau sufisme adalah
merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan (esoteric) dalam islam, sebagaimana
syariat berakar pada al-qur’an dan al-sunnah. Ia menjadi jiwa risalah islam,
seperti hati yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh dari pandangan luar.
Betapapun ia tetap merupakan sumber kehidupan yang aling dalam, yang mengatur
seluru orgasme keagamaan dalam islam.
Namun
demikian penggunaan tasawuf mengatasi sejumlah masalah moral sebagaimana
tersebut di atas menghendaki adanya interpretasi baru terhadap tasawuf yang
selama ini dipandang sebagai sesuatu yang menyebabkan melemahnya daya juang di
kalangan umat islam. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh
hubungan dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan
kesadarannya itu berada di hadirat-Nya. Karena melalui tasawuf ini seseorang
disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini berasal dari Tuhan.
Dengan
adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan
bertabrakan, karena berada dalam satu jalan dan tujuan. Selanjutnya tasawuf
melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.
Demikian pula tarikat yng terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki
jiwa istiqamah, jiwa yang selalu di isi denga nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu
mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia tetab tabah
dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang dihadapinya.
Selanjutnya
sikap frustasi dan yang lainnya dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan
dalam tasawuf, yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan
Tuhan. Ia menyadari bahwa yang Maha Kuasa atas segala sesuatu adalah Tuhan.
Demikian pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf, yaitu usaha
mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan, dapat pula
dipergunakan untuk membekali manusia modern dari kehidupan, yang tidak tahu
lagi arahnya. Tasawuf dengan konsep uzlah itu berusaha membebaskan manusia dari
perangkap-perangkap kehidupan yang memperbudaknya. Ini berarti manusia tersebut
tetap mengendalikan aktifitasnya ssuai dengan nilai-nilai ketuhanan,Dan bukan
sebaliknys larut dalam pengaruh keduniaan.[8])
Dibalik
kemajuan ilmu teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang
dapat menghancurkan mertabat manusia. Untuk menyelamatkanya perlu tasawuf yang
wujud konkretnya dalam akhlak yang mulia. Terakhir problema masyarakat modern
di ats adalah adanya sejumlah manusia yang kehilangan masa depannya. Untuk ini
ajaran akhlak tasawuf yang berkenaan dengan ibadah, zikir, taubat, dan berdo’a
menjadi penting adanya, sehingga tetap mempunyai harapan, yaitu bahagia bahagia
hidup di akhirat nanti. Tasawuf akhlak memberi kesempatan bagi penyelamatan
manusia, maka tasawuf dengan sistem yang diakui paling kuat untuk manusia
dengan Tuhan, ajaran akhlak tasawuf mengatasi problematika kehidupan masyarakat
modern saat ini, dan dijadikan suatu alternatif terpenting. [9])
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat
modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan masyarakat sebagai
pergaulan hidup manusia (hipunan orang yang hidup bersama di suatu tempat
dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan modern diartikan
yang terbaru, secara baru, mutakhir.
Kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah
melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern antaralain Deseintegrasi Ilmu Pengetahuan, Kepribadian
yang terpecah (split personality), Penyalagunaan
Iptek, Pendangkalan Iman, Pola hubungan materalistik, Menghalalkan Segala Cara,
Stres dan Frustasi, Kehilangan Harga diri dan Masa depannya
Banyak cara
yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu cara
yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan
yang berakhlak dan bertasawuf..
Dengan
adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan
bertabrakan, karena berada dalam satu jalan dan tujuan. Selanjutnya tasawuf
melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.
B.
Kesimpulan
Berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa modern ini, memberikan dan mudharat pada
msyarakat. Untuk menghindari Dampak negatif dari modernisasi, sudah selayaknya
kita sebagai masyarakat lebih telit dalam menerima hal-hal baru. Hal-hal baru
yang bersifat baik dapat kita ambil manfaatnya dan yang bersifat buruk agar
kita tinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Poerdaminta,
Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1991,
Nata, Abudin. 1997Akhlaq Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Aceh, Abu Bakkar. 1994. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo:
Ramadani.
Noer, Deliar, 1987. Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Mutiara.
Hamka, 1994.Tasawuf
Perkembangan, Jakarta:
Pustaka Panji Mas.
Shihab, Quraish. 1996. Wawasan al-Qur’an. Bandung:
Mizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar