Minggu, 14 Mei 2017

MAKALAH AMTSAL AL-QUR'AN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejak jaman jahiliyah atau sebelum kedatangan rasul masyarakat Arab sudah gemar berpantun dan bersyair. Semakin indah pantun dan syair seseorang maka semakin tinggi pula status sosial seseorang. Ketika Allah SWT yang maha mengetahui mengutus seorang rasul dengan dibekali firman-firman dari Allah yang kemudian dibukukan menjadi sebuah kitab dengan bahasa dan sastranya tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
Disamping bahasa dan sastranya yang indah, Al-Qur’an juga menggunakan perumpamaan-perumpamaan (amtsal) yang sangat indah dan logis, yang mampu diterima oleh masyarakat. Namun karena begitu indahnya terkadang ‘ulama pun akan kesulitan dalam menafsirkan perumpamaan-perumpamaan tersebut.
Dengan analogi yang benar, kita akan lebih mengetahui ilmu yang kita yakini. Tamtsil (perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup didalam pikiran. Biasanya dilakukan dengan mempersonifikasikan sesuatu yang ghoib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, atau menganalogikan hal dengan sesuatu yang sama. Dengan tamtsil betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian dari amtsal al-qur’an?
2.         Apa saja unsur-unsur amtsal al-qur’an?
3.         Apa saja macam-macam amtsal al-qur’an?
4.         Apa saja sighat amtsal al-qur’an?
5.         Apa saja kegunaan amtsal al-qur’an?


C.    Manfaat Makalah

  1. Mengatahui pengertian dari amtsal al-qur’an
  2.  Mengatahui unsur-unsur amtsal al-qur’an.
  3.  Mengatahui-macam-macam amtsal al-qur’an.
  4. Mengatahui sighat amtsal al-qur’an.
  5. Mengatahui kegunaan amtsal al-qur’an.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya. Amsal dalam sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya.
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal yang berarti serupa atau sama. Namun, dapat juga diartikan sebagai contoh, teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.[1])
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat. Menurut istilah ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan penampakan yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal.[2]) 

B.     Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an
Didalam matsal  haruslah terdapat empat unsur yaitu:
1.         Ada yang disempurnakan (musyabbah), yaitu sesuatu yang akan diperumpamakan.
2.         Ada asal ceritanya (musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan perumpamaan.
3.         Ada persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu segi perumpamaan.
4.         Ada alat Tasybih, yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang menunjukkan makna perserupaan.
Contoh tamtsil dalam Al-Qur’an
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ
Artinya: Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan . Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Dari contoh tersebut wajhul syabbahnya adalah “kesia-siaan”(tidak bermanfaat) dan alat tasybihnya menggunakan kata mitsil (مثل). Sedangkan musyabbah dan musyabbah bihnya adalah amalan orang kafir dan abu.[3])

C.    Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.       Amtsal Musarrahah adalah amtsal yang didalamnya dijelaskan dengan lafaz matsal . Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah :17
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُون
Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
2.       Amtsal Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamtsil tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contoh pada al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 68 :
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ
Artinya : Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". (al-Baqarah : 68)
Ayat tersebut yang senada dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara yang tidak berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu seperti firman Allah diatas yang artinya : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di antara itu”
3.       Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Contoh pada al-Qur’an surat al-Mudatstsir ayat 38
 كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Artinya:”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” [4])
D.    Sighat Amtsal Al-Qur’an
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain :
1.      Sighat tasybih ash-sharih (tasybih yang jelas)
Yaitu bentuk perumpamaan yang jelas dimana didalamnya terungkap kata-kata mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti perumpamaan.

2.      Sighat tasybih adh-dhimni (tasybih yang terselubung)
Yaitu bentuk perumpamaan yang tersembunyi, didalam perumpamaan itu tidak terdapat kata al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi artinya. Contoh QS. Al Hujarat ayat 12

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti itu jelas menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai saudaranya sendiri.[5])
3.      Sighat majaz mursal
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas dan tidak terikat dengan asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al hajj

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Artinya: “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali – kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah .”
4.      Sighat majaz Murakkab
Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah perserupamaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu maju mundur saja. Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al – jumu’ah ayat 5

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ
 مَثَلُ الْقَوْالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim."
disini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu.[6])
5.      Sighat isyti’arah  
Dengan bentuk perumpamaan sampiran. Bentuk ini hampir sama dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya seperti sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an seperti daam ayat 24 QS Yunus

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya , dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir”.[7])




E.     Kegunaan Amtsal Al-Qur’an
1.     Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
2.     Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat.
3.     Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-Qur’an.
4.     Menghindarkan dari perbuatan tercela.
5.     Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.[8])
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Amsal adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi tujuan yang sama. Unsur-Unsur Amtsal Al-Qur’an diantaranya adalah musyabbah, musyabbah bih, wajhul musyabbah, dan alat Tasybih,
Sedangkan Amtsal di dalam Al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam, yaitu: Amtsal Musarrahah, Amtsal Kaminah, Amtsal Mursalah.
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk, antara lain : Sighat tasybih ash-sharih, Sighat tasybih adh-dhimni, Sighat majaz mursal, Sighat majaz Murakkab, Sighat isyti’arah.
Sementara kegunaan amtsal al-qur’an adalah Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia, Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat, mendorong giat beramal, menghindarkan dari perbuatan tercela, Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.

B.     Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.





DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyim, Ahmad. 1993. Jawahir al-Adab. Bairut:  Dar el-fikri.
Abdul Lathif, Wahab. 1993. Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo.
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1977. Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang.
Hadiri, Chairuddin. 2005. Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani.
Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung.
Djalal, Abdul, 2000.Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu.
Rofi’I, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.















[1] ) Ahmad Al-Hasyim, Jawahir al-Adab, Bairut:  Dar el-fikri, 1993. Hlm. 107.
[2] ) Ahmad Rofi’I,  Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1997. hlm. 35.
[3] ) Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung, 2000. hlm. 93-94
[4] ) Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000. Hlm. 309-3010
[5] ) Wahab  Abdul Lathif, Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo, 1993. hlm. 203
[6] )  Chairuddin Hadiri, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta : Gema Insani, 2005. hlm. 73
[7] )  ibid, hlm. 75
[8] ) M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang,1977. hlm. 102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar